Powered By Blogger

Sabtu, 26 November 2011

Hukum Perikatan - Perjanjian

PENGERTIAN

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut kewajiban dari pihak kedua.

Sumber-sumber perikatan adalah :

1. Undang-undang

2. Perjanjian

a. Perbuatan menurut hukum

Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.

b. Perbuatan melawan hukum

Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.

Subjek hukum

Pihak-pihak yang terlibat dalam hukum perikatan diantaranya, kreditur yang mempunyai kedudukan sebagai pemegang hak dan debitur yang mempunyai keduduakan sebagai pemegang kewajiban atas prestasi. Kreditur dan debitur mempunyai hubungan timbal balik. Kreditur biasanya disebut sebagai pihak yang aktif sedangkan debitur biasanya pihak yang pasif.

Di dalam BW (Burgerlijk Wetboek) Hapusnya perikatan dapat disebabkan karena :

1. Pembayaran

Contoh : Ketika Debitor telah melakukan pembayaran kepada Kreditor, maka perikatan telah berakhir.

2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan

Contoh: Kreditor dapat mengajukan penawaran kepada debitor untuk menitipkan barang kepada pengadilan ketika debitor menolak untuk melakukan pembayaran.

3. Pembaharuan hutang

Contoh: Debitor dapat melakukan pinjaman kepada kreditor lainnya, untuk melakukan pembayaran kepada kreditor yang pertama.

4. Perjumpaan hutang atau kompensasi

Contoh: Dua pihak yang masing-masing memiliki hutang satu dengan yang lain.

5. Percampuran hutang

Contoh: Dua atau lebih orang yang mempunyai hutang secara tanggung menanggung melakukan pembayaran.

6. Pembebasan hutang

Contoh: Kreditor membebaskan debitor dari hutang.

7. Musnahnya barang yang terhutang

Contoh: Apabila barang yang diperjanjikan musnah, maka perikatan berakhir.

8. Kebatalan atau pembatalan

Contoh: Perikatan berakhir karena tidak terpenuhinya salah satu syarat sahnya perjanjian.

9. Berlakunya suatu syarat batal

10. Karna lewat waktu / Kadaluarsa

PERJANJIAN

Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum antar dua atau lebih pihak yang saling mengikat dirinya dengan suatu kesepakatan yang dibuat dalam suatu perikatan.

Syarat perjanjian :

1. Sepakat

Ketika 2 pihak telah mencapai kata sepakat maka kedua belah pihak secara otomatis telah mengikat dirinya dalam suatu perjanjian

2. Cakap

Ketika seseorang sudah mencapai umur 21 tahun, maka dia dapat melakukan perbuatan hukum dalam melakukan suatu perjanjian. Orang-orang yang tidak cakap untuk melakukan suatu perjanjian diantaranya :

a. Orang-orang yang belum dewasa

b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan (orang gila, orang dengan cacat mental)

3. Suatu hal tertentu

Dalam membuat perjanjian, objek-objek yang ada dalam perjanjian tersebut haruslah jelas.

4. Sebab yang halal

Dalam suatu perjanjian jika poin Sepakat dan atau Cakap dilanggar, maka perjanjian dapat dimintakan pembatalan. Dan jika poin Suatu Hal Tertentu dan atau Sebab yang Halal dilanggar, maka perjanjian batal demi hukum.

ASAS-ASAS PERJANJIAN

Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, S.H. di dalam hukum perjanjian terdapat sepuluh asas yaitu :
1). Asas kebebasan mengadakan perjanjian (kebebasan berkontrak).

Menurut asas ini para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian yang dikehendakinya, tidak terikat pada bentuk tertentu. Tetapi kebebasan itu ada pembatasannya :

(1) perjanjian yang dibuat meskipun bebas tetapi tidak dilarang undang-undang,

(2) tidak bertentangan dengan undang- undang,

(3) tidak bertentangan dengan ketertiban umum.


2). Asas konsensualime.

perjanjian itu telah dapat dikatakan selesai dengan adanya kata sepakat atau persesuaian kehendak dari para pihak yang mengadakan perjanjian.


3). Asas kepercayaan.


4). Asas kekuatan mengikat.

setiap perjanjian yang dibuat oleh pihak- pihak berlakunya akan mengikat dan tidak dapat ditarik kembali secara sepihak. Artinya perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.


5). Asas persamaan hukum.
6). Asas keseimbangan.
7). Asas kepastian hukum.
8). Asas moral.
9). Asas kepatutan.
10). Asas kebiasaan