Powered By Blogger

Selasa, 01 Maret 2011

Jenis-Jenis Arsitektur

Apakah anda sering mendengar istilah arsitektur modern, arsitektur minimalis, atau arsitektur kontemporer? Mungkin istilah-istilah tersebut sudah tidak asing di telinga kita. Namun sebenarnya jenis-jenis arsitektur tidak hanya itu saja. Arsitektur ternyata memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan eranya masing-masing. Dengan adanya karya-karya besar dari arsitek besar pada masanya dapat menunjukan kepada kita bahwa cakupan arsitektur sangatlah luas. Dibawah ini saya akan menjelaskan secara ringkas mengenai beberapa contoh dari jenis-jenis tersebut.
1. Arsitektur Gotik
Arsitektur Gotik merupakan kelanjutan dari jenis arsitektur romantic. Arsitektur ini menonjolkan kolom-kolomnya yang besar sehingga memebrikan kesan megah dan agung , jenis ini juga sangat memeprhatikan detail-detail arsitektur yang ada. Ciri khusus lainnya adalah pemberian patung-patung yang sangat banyak dan beragam, biasanya yang digunakan sebagai vocal point atau point of interest adalah bagian pintu masuknya, arsitektur ini juga menggunakan banyak kaca-kaca mozaik berbentuk bunga, ciri atapnya sangat tinggi melengkung agak lancip. Contoh bangunan jenis ini adalah Gereja-Gereja Gotik yang muncul pada abad 12 – abad 16-an.

2. Arsitektur Barok
Arsitektur Barok adalah jenis arsitektur yang mancul pada tahun 1600-1700an. Bangunan dengan jenis ini biasanya memiliki ukuran yang sangat besar (megah) berskala monumental seperti Istana, Gereja, dll. Permainan cahaya yang ada pada jenis arsitektur ini memebrikan kesan dinamis. Arsitektur ini diperindah dengan corak-corak lukisan dinding dan ukiran-ukiran yang berukuran besar pada dinding-dindingnya. Contoh arsitek pada era ini adalah Francesco Borromini, Pietro da Cortona, Gian Lorenzo Bernini, Carlo Maderno, Baldassare Longhena, Nicholas Hawksmoor, dll.

3. Arsitektur Neo-Klasik
Jenis arsitek ini dikenal pada abad ke 18-19. Arsitektur Neo-klasik merupakan jenis yang mulai mengarah pada tahap modern. Berawal di Inggris. Pada zaman itu jenis arsitek ini dianggap merupakan perlawanan dari jenis arsitek romantic dan renaisans . Contoh arsiteknya adalah Karl Friedrich Von Schinkel, Sir John Soane.

Globalisasi

Pada akhir-akhir ini zaman mulai semakin berubah. Dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi sehingga memudahkan seluruh masyarakat dunia di seluruh tempat untuk saling berhubungan dan bertukar informasi. Tentunya hal ini sangat baik bagi perkembangan ilmu yang ada, namun kita tetap harus memeperhatikan bahwa tiap-tiap daerah memiliki budaya dan nilai kultural yang berbeda-beda jika hal ini terus terjadi tanpa suatu adanya batasan-batasan maka nilai-nilai luhur dari bangsa kita bisa hilang akibat terpengaruh dari budaya-budaya asing yang masuk tanpa adanya suatu penyaring.
Banyak sekali pengaruh-pengaruh globalisasi di dalam kehidupan kita. Baik dari segi positif maupun segi negatif. Misalnya akhir-akhir ini terjadi berbagai macam revolusi yang ada di beberapa Negara, yang mengakibatkan beberapa oknum di Indonesia juga melakukan hal yang sama sehingga terlihat seperti sedang ‘ikut-ikutan’. Dalam dunia seni, berbagai jenis musik dan tarian luar masuk ke Indonesia dan berkembang sangat pesat, banyak generasi-generasi muda yang sangat menggemarinya bahkan musik dan tarian itu dapat mengalahkan warisan lokal dari negeri kita sendiri. Dunia fashion pun banyak terpengaruh oleh kesenian asing. Apalagi dengan pergaulan yang ada di kota-kota besar seperti di Jakarta. Banyak orang yang berpendapat sesuatu yang berasal dari luar negeri sangatlah ‘keren’ sedangkan jika kita berbicara menggunakan bahasa daerah atau menyaksikan kesenian daerah saja terlihat ketinggalan zaman. Yang lebih buruk lagi pergaulan anak-anak muda sudah mulai menjadi bebas. Mereka terjerumus ke dalam dunia narkoba, seks bebas, minum-minuman keras, dll. Awalnya, masuknya kebudayaan asing ini bukanlah untuk tujuan yang buruk namun jika hal ini terlalu berlebihan, maka ini dapat menghilangkan kebudayaan asli dan nilai-nilai luhur pada Indonesia, apakah yang dapat kita wariskan ke generasi berikutnya? Generasi –generasi selanjutnya akan merasa kehilangan jati diri, mereka tidak mengetahui kebudayaan asli bahkan menganggap hal tersebut merupakan hal yang aneh.

Lalu apa yang harus kita lakukan ? Bukannya kita harus menolak globalisasi tersebut tetapi kita harus menyeimbangkannya, mana yang perlu dan sesuai, dan mana yang tidak. Untuk mengantisipasi hal itu maka pemerintah pun mulai memeperbaharui undang-undang, meregulasi peraturan-peraturan yang sudah ada atau membuat kebijakan-kebijakan baru disesuaikan dengan kebutuhan zaman, Pemerintah daerah juga mengadakan promosi wisata sehingga menarik seluruh warga domestic maupun internasional untuk datang dan melihat bahwa Indonesia juga masih memiliki kebudayaan yang sangat indah untuk dipertahankan. Sekolah-sekolah pun mulai memperkenalkan kebudayaan asli Indonesia kepada para muridnya. Para perancang muda juga kembali menggunakan bahan dasar dari Indonesia asli seperti kain batik, songket, ulos, dll. Banyak dari mereka juga yang mulai melirik kembali tarian-tarian daerah. Semoga dengan usaha yang sedikit ini kita dapat tetap mempertahankan budaya asli kita. Globalisasi itu baik namun jangnlah globalisasi ini menghilang kan jati diri kita. Marilah kita memasuki suatu era globalisasi dengan cara positif!