BAB I. SEJARAH
Masa penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai macam peninggalan, terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi bangunan yang cukup penting pada masa tersebut adalah gudang penyimpanan rempah-rempah. Para penjaajah datang ke Indonesia salah satunya adalah untuk mengambil hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia (sebagai negara yang menghasilkan rempah-rempah terbesar). Sebelum akhirnya rempah-rempah tersebut diimport atau diekspor ke mancanegara, rempah-rempah di simpan di dalam suatu tempat/gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah yang dekat dengan pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum Bahari adalah bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan rempah-rempah peninggalan zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum yang berisi dengan barang-barang bersifat kelautan.
Masa penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai macam peninggalan, terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi bangunan yang cukup penting pada masa tersebut adalah gudang penyimpanan rempah-rempah. Para penjaajah datang ke Indonesia salah satunya adalah untuk mengambil hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia (sebagai negara yang menghasilkan rempah-rempah terbesar). Sebelum akhirnya rempah-rempah tersebut diimport atau diekspor ke mancanegara, rempah-rempah di simpan di dalam suatu tempat/gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah yang dekat dengan pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum Bahari adalah bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan rempah-rempah peninggalan zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum yang berisi dengan barang-barang bersifat kelautan.
Gedung Museum Bahari semula adalah gudang yang berfungsi
untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang
merupakan komoditi utama VOC
yang sangat laris di pasaran Eropa. VOC membangun gedung ini secara bertahap sejak 1652
hingga 1759. Tepatnya di jalan Pasar Ikan Jakarta Utara, menghadap Teluk
Jakarta. Disebelah kanan tak jauh dari gudang induk dibangun menara. Sekarang
dikenal dengan nama Menara Syahbandar dibangun tahun 1839 untuk proses
administrasi keluar masuknya kapal sekaligus sebagai pusat pengawasan lautan
dan daratan sekitar. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung
ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen
atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur,
disebut Oostzijdsche Pakhuizen
atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit
di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya
digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara,
yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.
Gedung Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan.
Tahun perubahan itu dapat dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun
1718, 1719 dan 1771. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia
II meletus (1939-1945) gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan
militer tentara Dai Nippon. Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang
logistik PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram). Pada
1976 kompleks gedung ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian
dipersiapkan sebagai sebuah museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada
7 Juli 1977.
Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis
perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman
VOC. Selain itu ada pula
berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan
pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat
navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.
Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data
jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta
cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga
menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi,
maket Pulau Onrust,
tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia - Amsterdam.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Bahari
BAB II. LANDASAN TEORI
BAB II. LANDASAN TEORI
LANDASAN
TEORI
2.1
Museum
2.1.1
Pengertian Museum
Museum
pada umumnya dikenal dengan sebuah gedung atau bangunan yang menyimpan koleksi
benda-benda warisan budaya yang bernilai luhur yang patut disimpan. Dalam
sejarah museum mengalami perubahan - perubahan yang bersifat fungsi museum yang
awalnya kemudian berkembang dan bertambah dengan fungsi pemeliharaan,
pengawetan, penyajian atau pameran dan akhirnya fungsi ini semakin bertambah.
Dengan
perkembangan museum muncul berbagai teori tentang pengertian museum. Beberapa
pengertian museum :
·
Museum adalah sebuah
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
pengembangannya terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan
memamerkan, untuk tujuan pendidikan, penelitian dan kesenangan, barang-barang
pembuktian manusia dan lingkungannya (International
Council of Museum)
·
Museum adalah lembaga,
tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti
materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya
perlindungan dan pelestarian budaya bangsa (Peraturan
Pemerintah No.19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1))
·
Museum adalah tempat
untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji,
mengkominikasikan bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya.
(Amir Sutaarga, 1995:1)
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa museum adalah suatu lembaga
yang berupa bangunan atau tempat yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan,
menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkonsumsikan bukti material
hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya, yang bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari (edukasi, rekreasi, dan konservasi).
2.1.2 Sejarah
Museum
Perkembangan museum di
Indonesia dipengaruhi oleh masa penjajahan Belanda. Memasuki abad ke-18 VOC
maupun Hindia-Belanda pada tanggal 24 April 1778 mendirikan Bataviaach
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen merupakan sebuah lembaga yang
bertugas dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Yang salah satu tugasnya adalah
memelihara museum yang meliputi: Pembukuan; himpunan etnografis; himpunan
muzikologis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik;
himpunan muzikologis; himpunan numismatik; serta naskah-naskah termasuk
perpustakaan.
2.1.3 Klasifikasi
Museum
Tiap museum memiliki koleksi
yang berbeda-beda baik asa, jenis, kedudukan, penyelenggara, jenis, koleksi
sehingga museum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Menurut
asal koleksi :
a. Museum
umum
Museum yang
koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
b. Museum
Khusus
Museum yang
koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang
berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu, atau satu cabang geologi.
2) Menurut
kedudukannya :
a. Museum
Tingkat Nasional
Koleksinya
berasal dari seluruh wilayah nusantara.
b. Museum
Tingkat Regional
Koleksinya
berasal dari seluruh wilayah propinsi tertentu.
c. Museum
Tingkat Lokal
Koleksinya
berasal dari seluruh wilayah kabupaten dan kotamadya
3) Menurut
Penyelenggara :
a. Museum
Pemerintah
Diselenggarakan
dan dikelola oleh pemerintah.
b. Museum
Swasta
Diselenggarakan dan
dikelola oleh swasta.
2.1.4
Kegiatan Museum
A. Pameran
Pameran
adalah satu atau lebih koleksi di museum yang ditata berdasarkan tema dan
sistematika tertentu yang bertujuan untuk diperlihatkan kepada pengunjung
museum.
Berdasarkan
pengertian dan jangka waktu pelaksanaan pameran, pameran museum dibagi menjadi
dua jenis :
Pameran Tetap
Pameran
tetap adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya lima
tahun.
Pameran
Khusus
Pameran khusus dibagi
menjadi dua :
1. Pameran
Khusus
Pameran (khusus)
adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu dalam waktu
yang singkat dari satu minggu sampai satu tahun.
2. Pameran
Keliling
Pamern keliling
merupakan pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik koleksi, dalam
jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu yang singkat.
B. Kegiatan Pendidikan
Dalam
sebuah museum juga terdapat berbagai kegiatan seperti kegiatan pendidikan yang
bersifak aktif seperti :
·
Ceramah
·
Diskusi
·
Kursus
·
Perpustakaan
·
Pemutaran Slide, film
documenter, film ilmiah
·
Penerbitan catalog yang
berhubungan dengan program yang dilaksanakan museum.
C. Kegiatan Konservasi dan Pengolaan
Koleksi
1. Kegiatan Konservasi, meliputi :
Ø Perawatan
barang koleksi
Ø Pengawetan
barang koleksi
Ø Pengamanan
barang koleksi
2. Kegiatan Pengelola Koleksi, meliputi :
Ø Pengadaan
koleksi
Ø Identifikasi
koleksi
Ø Klasifikasi
koleksi
Ø Regerstrasi
dan heregistrasi koleksi
Ø Katalogisasi
dan rekatalogisasi koleksi
Ø Dokumentasi
koleksi
Ø Pencatatan
aktivitas koleksi
Ø Pertukaran
koleksi
Ø Pengurangan
koleksi
D. Kegiatan Pelayanan Teknis
1.
Kegiatan survey dan penelitian lapangan
2.
Penyelenggaraan presentasi koleksi dan presentasi ruang pamer
3.
Pengadaan peralatan museum
2.1.5
Sirkulasi di Museum
A. Skema
arus dan sirkulasi pengunjung dalam museum
B. Skema
arus dan sirkulasi koleksi dalam museum
2.2 Arahan
pelestarian Kawasan
1. Arahan pelestarian kawasan
Arahan
pelestarian kawasan ditujukan untuk mempertahankan kondisi fisik, ciri khas dan
karakter kawasan sebagai kawasan peninggalan sejarah Kolonial di Batavia.
Arahan pelestarian di Kawasan Menara Syahbandar secara umum adalah :
a. Penyusunan
pedoman desain untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya pendirian bangunan
baru dengan desain dan konstruksi yang dinilai tidak selaras dengan bangunan
kuno di sekitarnya. Bagi bangunan baru diarahkan agar selaras dengan bangunan kuno
di sekitarnya, dengan menyesuaikan ornamen dan bentuk atap mengikuti gaya arsitektur
Kolonial.
b. Perlindungan
kawasan bersejarah melalui pemberian batasan dan penetapan zona-zona pelestarian
khusus. Adanya aturan zonasi ini melindungi kawasan terhadap kemungkinan terjadinya
perubahan fungsi serta pembatasan terhadap pendirian bangunan baru yang tidak sesuai
dengan aturan.
c. Pelaksanaan
hukum dan peraturan pelestarian secara tegas dan adil, pelaksanaan pemberian sanksi
bagi yang melanggar, pemberian sanksi yang tegas dan adil diharapkan mampu mengendalikan
perubahan kawasan bersejarah.
d. Memberikan
insentif berupa keringanan retribusi dan bantuan dana perawatan bangunan, penghargaan
bagi masyarakat yang telah berperan aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan
bersejarah.
e. Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat baik pemilik bangunan bersejarah maupun non bersejarah
mengenai pentingnya pelestarian kawasan bersejarah, diharapkan melalui penyuluhan
ini dapat mengubah cara pandang masyarakat yang semula memandang negatif terhadap
pelestarian kawasan.
f. Pemerintah
bekerja sama dengan masyarakat dalam melakukan kegiatan pelestarian serta hal –
hal lain yang berhubungan dengan perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah
g. Pembersihan
dan Pengerukan limbah kali disekitar kawasan yang menyebabkan pencemaran udara
dan pencemaran saluran air, sehingga fungsi saluran air kembali normal
h. Melakukan
sosialisasi pada masyarakat sekitar agar tidak membuang limbah ke saluran air
sekitar kawasan.
2. Arahan pelestarian bangunan
Arahan
pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Menara Syahbandar dirumuskan
berdasarkan pertimbangan faktor penyebab perubahan fisik bangunan bersejarah.
Adapun arahan pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Menara Syahbandar
adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan
pedoman tata cara pemeliharaan bangunan kuno-bersejarah termasuk memuat bagian-bagian
bangunan yang harus dipertahankan keasliannya. Hal ini bertujuan agar setiap
bangunan bersejarah memiliki perlindungan yang jelas, sah dan mengikat sehingga
apabila terjadi pergantian kepemilikan bangunan di sekitar Menara (pasar ikan),
perubahan fisik bangunan oleh pemilik baru dapat dicegah. Juga dengan pemberian
sanksi yang tegas kepada pemilik bangunan yang melakukan perubahan pada bangunan
bersejarah.
b. Memberikan
informasi yang jelas mengenai pentingnya pelestarian bangunan bersejarah secara
rutin kepada masyarakat melalui publikasi atau penyuluhan dan mengajak pemilik bangunan
untuk ikut berperan aktif dalam pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan.
c. Pemberian
insentif kepada pemilik bangunan yang telah berperan serta dalam menjaga kelestarian
fisik bangunan dan kawasan, melalui pemberian bantuan dana perawatan bangunan,
subsidi atau pemberian keringanan retribusi.
d. Pemberian
penghargaan dari pemerintah kepada pemilik bangunan atau masyarakat yang telah
berperan aktif dalam pelestarian bangunan bersejarah, penghargaan dapat berupa
piagam, publikasi, subsidi untuk pemeliharaan bangunan.
e. Membuat
acara – acara bulanan atau tahunan yang berskala nasional untuk promosi
kawasan.
f. Pemerintah
dapat mengambil alih kepemilikan serta pengelolaan bangunan kuno yang
terbengkalai atau pemilik tidak mampu lagi melakukan perawatan.
BAB III
3.1 Analisa Potensi dan Permasalahan pada Aspek FIsik
Kawasan
I. Zona
Penunjang
Zona Penunjang adalah suatu zona atau wilayah dalam kawasan Museum Bahari yang
merupakan bagian lingkungan dari kawasan Museum Bahari.
·
Zona Perniagaan
Zona kesenian adalah suatu areal penunjang kegiatan ekonomi dan bisnis.
·
Zona Sejarah
Zona Sejarah adalah suatu areal yang
memuat dan menampung kegiatan tentang sejarah budaya Betawi dari tempo dulu
samapai komtemporer.
·
Zona Wisata
air
Zona wisata air adalah suatu areal
yang memuat dan menampung kegiatan wisata air karena
dekat dengan laut dan pelabuhan Sunda Kelapa.
Masalah yang di hadapi pada kawasan KSB ini adalah :
1.
Letak
bangunan yang padat
2.
Pada KSB
banyak bangunan yang berdiri dengan ruko dan bangunan
perdagangan lainnya
3.
Banyak bangunan kumuh disekitar
Museum Bahari.
II. Tata
Bangunan
Kepadatan bangunan di area perencanaan
sudah semakin padat, sehingga perlunya suatu kebijakan untuk membatasi kepadatan bangunan
tersebut. Zona dinamis yang menjadi konsetrasi kepadatan penduduk.
Sesuai dengan site plan yang terlihat di atas, maka dapat terlihat
pada bagian utara tata bangunan cukup rapat dan pada bagian selatan terdapat
cukup space antar bangunan tetapi berbatasan dengan toko-toko yang membatasi
museum.
III. Sirkulasi
dan Parkir
Wilayah lokasi
Museum Bahari dibatasi oleh :
·
Sebelah Barat : Jl. Pasar Ikan
·
Sebelah
Selatan : Jl. Pakin
·
Sebelah Timur : Jl. Ekor Kuning
·
Sebelah Utara : Area Luar Batang
Jalan Pakin ini merupakan penghubung kegiatan ekonomi
penduduk. Jalan Pakin sangat padat dilalui kendaraan, selain
kendaraan umum kendaraan lain yang juga melalaui jalan ini adalah kendaraan
besar seperti truk container dan sejenisnya. Jalan Pakin menghubungkan Museum
Bahari dengan Kota Tua yang merupakan pusat pemerintahan pada zamannya. Melihat perannya yang begitu besar di dalam
menunjang mobilisasi penduduk mengakibatkan kapasitas jalan ini dirasakan sudah tidak
mewadahi terhadap kebutuhannya di masa yang akan datang.
Masalah yang menjadi kendala pada sirkulasi
Musuem Bahari ini adalah sempitnya jalan menuju kawasan Museum
Bahari dan untuk area parkir di gunakan jalan sekitarnya dan menggunakan lahan parkir yang terdapat pada Menara Syahbandar. Sirkulasi penunjang lainnnya juga kurang mendukung , sehingga
parkir kendaraan memadati jalan kecil yang berada di sekitar Museum Bahari.
Sirkulasi yang berpotensi adalah:
1.
Jalan masuk utama sebelah
Selatan (Jl. Pakin) karena merupakan jalan utama yang dilalui oleh banyak
kendaraan Namun dikarenakan banyak dilalui kendaraan berat maka jalanan menjadi
berlubang
2.
Jalan Lingkungan adalah Jl.
Pasar Ikan
3.
Jalan Penunjang adalah Jl. Ekor
Kuning
Sirkulasi pengunjung di dalam Museum
Bahari adalah sirkulasi radial. Pintu masuk terdapat pada bagian TImur museum.
Sirkulasi pengunjung museum adalah sirkulasi radial.
IV. Fasad dan Ornament
Fasad dan ornament pada
museum bahari ini menggunakan ciri khas bangunan kolonial dan disesuaikan
dengan iklim di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari atap bangunan yang
menggunakan atap pelana.
Pintu
Pintu yang digunakan
berbentuk dome dan terbuat dari kayu jati dan kusennya terbuat dari batu.
Dinding
Dinding merupakan
dinding struktur dengan ketebalan 20 cm.
Jendela
Daun jendela terbuat
dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga teralis yang
terbuat dari kayu.
Plafond
Plafond pada museum bahari
menggunakan plafond yang mengekspos balok kayu.
BAB
IV
USULAN
DESAIN
Berdasarkan pernyataan oleh
Bapak Pinondang Simanjuntak, Kepala
Dinas budaya dan museum DKI Jakarta yang dimuat dalam www.beritajakarta.com.
Berikut ini adalah beberapa permasalahan dan perbaikan yang akan dilakukan oleh
Bapak Pinondang Simanjuntak.
PERMASALAHAN :
1. Lokasi Museum
Bahari berada di bawah permukaan laut
2. Limpasan air
pasang yang kerap menggenangi Museum Bahari
3. Gedung yang
terbuat dari kayu terlihat keropos karena kerap terendam
4. Kurangnya minat
pengunjung, ditenggarai karena minimnya fasilitas yang disediakan.
SOLUSI :
1. Diperlukan
pembuatan drainase internal.
2. Pengadaan pompa
penyedot.
3. Dibutuhkan tim
ahli dari arkelog, planolog, arsitek budayawan, dan ahli sejarah.
4. Dibuat jalan
khusus bagi wisatawan yang memiliki kekurangan fisik
5. Menambah lahan
parkir yang ada agar bisa menampung kendaraan besar
6. Beberapa bagian
museum juga bakal dipoles agar tampilannya lebih menarik minat wisatawan.
Maka, kami sebagai mahasiswa
Arsitektur yang dalam melakukan suatu penulisan konservasi arsitektur,
memberikan beberapa usulan desain terkait permasalahan yang ada dan solusinya
seperti berikut.
Usulan Desain Yang Akan
Diterapkan Pada Museum Bahari :
1. Diperlukan
pembuatan drainase internal dan pengadaan pompa penyedot manakala air pasang
tak lagi sanggup diatasi oleh drainase. Sehingga dapat menjadi alternative
tercepat pada saat air pasang masuk ke dalam bangunan.
Sumber : www.stifar-riau.ac.id & www.merdeka.com
2. Dibuat jalan
khusus bagi wisatawan yang memiliki kekurangan fisik dan perbaikan hampir diseluruh
penghubung sirkulasi (tangga/ram)
Gambar di atas
adalah keadaan yang sebenarnya yaitu tangga kayu yang sudah mulai lapuk dimakan
usia serta karena air pasang yang masuk ke dalam Museum Bahari. Pada Museum
Bahari tidak terdapat Ram atau fasilitas orang cacat. Oleh karenanya akan
dibuat ram atau lift sebagai fasilitas orang cacat. Seperti terdapat pada gambar
di bawah ini.
Sumber
: www.fptl-bd.com
3. Menambah lahan
parkir yang ada agar bisa menampung kendaraan lebih banyak juga kendaraan besar
seperti bus pariwisata serta pengadaan parkir sepeda. Karena banyak juga
pengunjung yang menggunakan sepesa ontel sewaan dari Kota Tua yang dipakai
untuk mengunjungi Museum-Museum ataupun
bangunan colonial jaman Belanda lainnnya menggunakan sepeda ontel.
Sumber
: home.unpar.ac.id
& edorusyanto.wordpress.com
4. Memaksimalkan
fungsi ruang yang tidak berfungsi atau kurang berfungsi.
Ruangaan yang tidak berfungsi maupun yang kurang berfungsi
atau hanya menjadi ruang sirkulasi/penghubung dapat dijadikan hall ataupun
ruang bersama Pada ruangan ini dapat juga dijadikan area duduk ataupun ruang
pamer/pengenalan bangunan. Dibawah ini merupakan contoh akan dijadikan seperti
apa ruangan tersebut.
5. Pemberian taman
dalam/plaza/area berkumpul outdoor pada area diantara bangunan
Gambar diatas merupakan gambar area terbuka yang berada
dianara bangunan. Pada area ini akan dijadikan plaza atau taman dalam sebagai
ruang berkumpul, duduk-duduk ataupun bersantai.
Sumber
: www.virtualalbuquerque.com
& www.pps.org
6. Merenovasi ruang
tata pamer menjadi lebih modern, informative dan menggunakan teknologi yang
terbaru.
Gambar diatas merupakan ruang tata pamer Museum Bahari dengan
pola display yang kurang menarik dan kurang informatif akan dibuat lebih indah
lagi dan lebih menarik pengunjung. Lalu ditambahkan ruang pameran yang bergaya
modern ataupun futureristik yang lebih informatif, modern dan menggunakan
teknologi terbaru. Dengan kesan tersebut bangunan ini tetap mempertahankan
unsur kolonialnya
Sumber
: Nagoya City Science Museum
7. Penataan ruang
theater Museum Bahari.
Ruang Theater
didesain lebih modern walaupun berada di dalam bangunan bergaya kolonial.
Pencampuran dua gaya yang akan membuat unik bangunan dan terkesan lebih indah
dan harmonis.
\Sumber : chiaki
arai kadare cultural center
8. Penataan Café dan
Toko Souvenir
Sumber
: www.forbes.com & www.trebahgarden.co.uk
Dengan
adanya café maka pengunjung yang dating tidak susah mencari tempat makan atau
minum.
Sumber
: Dokumentasi m-skizze.blogspot.com
Dan dengan
adanya toko souvenir maka pengunjung dapat membawa pulang oleh2 khas Museum
Mandiri.
9. Pengadaan alarm
system dan system pemadam api yang terbarukan.
10. Memperluas area
site Museum Bahari yang dapat diambil dari area lingkungan sekitar
11. Pemberian
vegetasi dan entrance yang nyaman bagi pengunjung.
12. Entrance dan
pintu utama diberikan vocal point sehingga pengunjung dapat terarahkan dan
langsung dapat mengetahui pintu masuk berada dimana.
13. Signage yang
baik, terarah dan mudah terlihat serta di mengerti pengunjung.
Sumber :
“Perbaikan Museum Bahari Libatkan Tim Ahli” http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=29273&idwil=0
Sumber: